Kamis, 29 Maret 2012

(SURAT JUJUR SEORANG UKHTI) Aku disini dengan mimpiku. Dan kau disana dengan mimpimu.

Assalammu'alaikum warahmatullah wabarakatuh
afwan sebelumnya, akhi...
sebenarnya tak seharusnya aku menulis ini, karena memang tak sepantasnya aku mengungkapkan hal ini.
akhi, afwan sekali lagi ...
sudah sangat lama aku memendamnya terserah antum mau membacanya hingga akhir atau langsung membuang surat ini setelah membaca kalimat terakhir paragraf ini...
akhi, afwan jiddan...
sejujurnya sulit untuk mengungkapkan apa yang menyiksa ini, tapi harus aku utarakan karena tak dapat lagi aku memendamnya sendiri...
sudah sejak lama perasaan itu menghampiriku, akhi...


Subhanallah, entah apa yang merasukiku. Aku tak tahu perasaan itu. Namun tiap kau mengirim pesan meski itu hanya sebuah pesan tausyiah aku merasa istimewa. Apalagi selanjutnya kau mengajakku mengobrol panjang lebar. Makin berbungalah aku yang kemarin masih sebuah kuncup yang malu-malu.


Astaghfirullah, aku malu mengingatnya akhi. Saat kau mulai memuji sesuatu dariku meski hanya pujian biasa yang kau utarakan juga pada saudaramu yang lain. Atau sekedar salam ukhuwah yang biasa kita sampaikan pada rekan seperjuangan. Itu semua telah mengubahku. Mengubah cara pandangku padamu. Padamu yang kini mulai istimewa dimataku.

Aku tak bisa mengelak, aku mulai tersihir dan jatuh. Jatuh pada perasaan yang dibalut indah oleh musuh sejati kita, syeitan yang terkutuk itu.

Masyaallah…siasat syeitan itu sangat halus bukan, akhi? Aku merasakannya kini. Astaghfirullah…
Sekian lama pula aku mengingkari siasat ini. Aku yakin kau terjaga dan takkan melakukan hal bodoh macam apapun. Dan aku yakin kau lebih mengetahui tentang masalah itu. Masalah yang selalu menjadi topik hangat saat kita seusia remaja. Aku sangat yakin kau lebih faham. Kau lebih faham.

Berkali-kali aku menyalahkan sikapku yang salah menilaimu pada waktu yang salah. Berkali-kali pula aku menghakimi nurani yang mulai khawatir. Aku meyakinkan nurani, ini hanya sebuah obrolan biasa , jadi memang akulah si empunya salah. Akulah yang terlalu berlebihan memandang sikapmu itu.

Apakah itu dibenarkan? Apakah itu dibolehkan? Apakah kau tak mengerti aku ini akhwat lemah yang sama seperti akhwat lain. Yang begitu mudah tertipu oleh ucapan indah dan mudah berbunga oleh senyuman manis? Apakah dengan status yang kau legalkan atas nama seorang kakak dan adik angkat kau nyaman mengungkapkan segalanya tanpa melihat aku yang kembali terkoyak?



Akhi, kau mungkin tak akan melihat linangan air mataku kali ini. Aku menangis tersedu. Bukan karena permainan perasaanmu. Bukan pula cengeng karena merasa terombang-ambing. Namun aku menangis karena aku menyesal. Aku kalah. Aku kalah pada nafsuku yang disisipi siasat itu. Aku kalah akhi. Aku kalah.

Aku menangis karena mengyesal telah melakukan perbuatan paling bodoh sedunia. Karena aku membuka pintu bagi siasat itu berada dalam relung. Kemudian menyamar indah bak bintang kejora. Membawaku mengelana di semesta raya yang kemilau. Kemudian memberiku zamrud yang indah. Namun tanpa sadar aku sebenarnya berada pada jurang hina. Bermain dengan cacing-cacing tanah dan membuat lubang hitam dengan batu pekat yang berbau tajam.

Aku menangis karena aku menyadari dirikulah yang membuatmu terjatuh dalam. Akulah sumber salahmu yang membuatmu melepaskan hijab dan izzah yang selama ini kau pegang erat. Akulah yang menjadi noda di beningnya hatimu. Akulah yang membiarkanmu jua tenggelam dalam siasat menyesatkan ini.


Maka maafkan aku yang khilaf ini akhi. Maafkan aku yang berlumur dosa ini. Maafkan aku yang menggunung salah.


Saat ini, mari bermuhasabah. Aku disini dengan hatiku, dan engkau disana dengan hatimu. Aku yakin Allah Maha Pengampun dan Penyayang. Maka aku takkan menyianyiakan teguran sayangnya ini. Agar aku dapat dicemburui bidadari bermata jeli di syurga sana. Mari manetap kedepan dan terus berkarya. Mari lupakan kesalahan dan khilaf dimasa lalu.


Aku disini dengan mimpiku. Dan kau disana dengan mimpimu.

Terimakasih karena telah membaca hingga akhir suratku ini. Maafkan aku yang lemah dan tanpa daya. Syukran jazakallah. Semoga Allah menjaga kita dari godaan Syaitan yang terkutuk.
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia
Pink Wing Pointer