Saat
itu Moskwa sedang musim dingin. Butiran-butiran salju berjatuhan dari
langit Moskwa. Salju yang turun perlahan dan dingin membalut tulang
tidak menghalangi arus lalu lalang orang-orang di bandara Sheremetyevo.
Dua orang pemuda berwajah Asia Tenggara terlihat saling bercengkrama
satu sama lain, mereka sudah sembilan tahun tidak bertemu. Yang baru
keluar dari bandara itu bernama Muhammad Ayyas, dan temannya yang telah
lama tinggal di Rusia bernama Devid. Tidak lama kemudian mereka bergegas
menaiki taksi dan melaju ke sebuah apartemen yang telah disewakan oleh
Devid untuk Ayyas selama melakukan penelitian terhadap sejarah Rusia
dalam beberapa bulan kedepan.
Tanpa Ayyas duga sebelumnya, ia satu apartemen dengan dua orang nonik
Rusia yang berparas sangat cantik. Padahal sejak dari kecil Ayyas tidak
biasa dengan hal semacam itu, ia lemah terhadap perempuan cantik. Ia
sangat taat beragama dan ia takut imannya akan runtuk bila tinggal
bersama mereka. Namun menurut Devid, itulah yang terbaik untuk dirinya.
Sejak saat itu lah, perjalanan hidup Ayyas dipenuhi dengan godaan. Belum
lagi, asisten professor yang berparas sangat menawan yang membimbingnya
dalam membuat tesis tersebut selalu menari di pelupuk matanya. Ayyas
merasa ujian ini sangat berat.
Setelah cukup lama tinggal satu apartemen dengan dua orang nonik Rusia,
Ayyas sangat terkejut, karena ternyata kedua orang itu bukanlah orang
baik-baik. Seorang gadis bernama Linor, kepergok sedang melakukan
perzinaan di ruang tamu apartemen bersama seorang anggota mafia Rusia.
Bahkan mafia itu terang-terangan mengajak Ayyas untuk berzina bersama
mereka. Namun Ayyas langsung masuk kamar dan menyalakan laptopnya serta
memutarkan lantunan ayat suci Al Quran secara keras. Karena merasa
terusik, mafia tersebut memaki Ayyas dan akhirnya perkelahian tidak bisa
terelakkan. Akhirnya mafia tersebut kalah dan meninggal. Tidak hanya
itu, ternyata Linor adalah seorang Zionis Israel yang sangat membenci
Islam. Tidak berapa lama setelah itu, Ayyas mengetahui bahwa teman
apartemen yang satu lagi yang bernama Yelena, ternyata adalah seorang
pelacur kelas kakap di Moskwa, dan Yelena adalah seorang yang tidak
percaya akan adanya Tuhan.
Sejak
saat itu, Ayyas sering dihampiri oleh masalah. Linor sangat membenci
Ayyas. Dengan berbagai cara ia berusaha menjebak Ayyas. Mulai dari
berpakaian sangat tidak wajar di depan Ayyas, masuk ke kamar Ayyas
secara diam-diam, bahkan menjebak Ayyas agar menjadi tersangka utama
peledakan hotel. Namun kesemua itu tidak berhasil meruntuhkan kokohnya
benteng keimanan Ayyas. Dan pada Akhirnya, Linor menemukan kenyataan
bahwa sesungguhnya ia hanya anak angkat. Setelah diselidiki, ternyata ia
adalah keturunan muslim Palestina. Ia sangat terpukul mengetahui hal
itu, karena selama ini ia sangat bangga bahwa ia merupakan keturunan
Yahudi. Namun kenyataannya, orang tua aslinya adalah dari golongan agama
yang selama ini ia sebut sebagai agama primitif.
Pada
akhirnya, ia memutuskan untuk mempelajari dan mendalami Islam. Dan
akhirnya ia pun memeluk islam. Suatu saat ia bermimpi bertemu dengan ibu
kandungnya. Dalam mimpi itu ibunya berpesan agar ia mencari seseorang
yang seperti Nabi Yusuf. Setelah ia mencari tahu cerita Nabi Yusuf, ia
pun langsung teringat kepada Ayyas, pemuda yang selama ini ia benci
karena memeluk Islam, dan pernah ia jebak agar bisa berzina bersamanya
tetapi ditolak mentah-mentah. Ia merasa bahwa Ayyas sangat mirif
sifatnya dengan nabi Yusuf. Ia pun mencari Ayyas dengan maksud
menanyakan apakah Ayyas mau menjadikannya istri. Linor berangkat menemui
Ayyas dengan berpakaian muslimah. Ayyas sampai tidak mengenalnya.
Setelah ia menerangkan bahwa ia adalah Linor, Ayyas terkejut dan sangat
bersukur karena Linor telah Tobat. Linor menceritakan semua kejahatan
yang telah ia lakukan selama ini kepada Ayyas. Ayyas sempat mau marah,
namun ia sadar bahwa tidak ada gunannya marah, karena Linor telah tobat.
Linor pun menyampaikan maksud kedatangannya. Ayyas belum bisa menjawab
saat itu.
Sementara
Yelena, disiksa oleh pelanggannya dan di buang di lapangan terbuka saat
salju turun dengan lebatnya. Yelena yang tidak percaya Tuhan, secara
tidak sadar meminta pertolongan kepada Tuhan. Setelah itu ada pemuda
yang bersedia menolongnya setelah beberapa orang dimintai pertolongan
oleh seorang ibu yang menemukan Yelena, tidak bersedia membantu. Pemuda
itu tidak lain adalah Ayyas yang kebetulan lewat di sana. Akhirnya
Yelena dilarikan ke rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa kalau terlambat
sedikit saja dibawa ke rumah sakit, maka Yelena tidak akan tertolong.
Sejak saat itu, Yelena sangat berterimakasih kepada Ayyas. Bahkan ia
mulai mempercayai Tuhan. Kepercayaan dirinya bahwa Tuhan benar-benar ada
semakin mantap setelah menyaksikan dan mendengar seminar tentang
ketuhanan yang diisi oleh cendekia-cendekia Rusia, termasuk Ayyas salah
satunya.
Tidak
lama setelah itu, Devid yang selama di Rusia menganut gaya hidup bebas,
merasa tidak tahan lagi. Ia ingin segera menikah. Ia sempat ingin
dinikahkan dengan adik seorang ustad. Tapi ia merasa tidak pantas. Lalu
ia minta tolong Ayyas mencarikan calon istri untuknya. Ayyas
menyarankannya dengan Yelena. Akhirnya Yelena mengucap dua kalimat
sahadat dan memeluk Islam serta menikah dengan Devid. Mereka hidup
bahagia.
Sedangkan
Linor yang telah memeluk Islam dan telah bertemu Ayyas, belum
mendapatkan kepastian dari Ayyas pada saat itu. Karena Ayyas tidak
langsung memberikan jawaban, ia pun pamit dan berharap Ayyas bisa
memberikan kepastian keesokan harinya. Saat Linor sudah berada di
halaman depan rumah, Ayyas berubah pikiran. Ia akan langsung menerima
dan menyanggupi untuk menjadi suami Linor. Namun Linor sudah terlalu
jauh. Ayyas langsung bergegas ke jendela untuk meneriakkan bahwa ia
sanggup. Tapi Linor sudah terlihat sangat jauh. Dan di belakang linor,
Ayyas melihat ada sebuah mobil hitam yang dikendarai melaju ke arahnya.
Ayyas melihat orang dalam mobil tersebut memegang senjata api. Ayyas
berteriak memperingatkan Linor. Namun terlambat, Doooorrrrr…. Linor pun
roboh saat itu juga. Ternyata orang tersebut menembak Linor. Ayyas
langsung terkulai lemas tak berdaya menyaksikan linor yang telah jatuh
bersimbah darah. Ia pun mengumpulkan segenap tenaga yang tersisa dan
kemudian berlari ke arah Linor yang telah terkapar. Ia mengangkat Linor
ke pangkuannya. Linor bersimbah darah. Ia langsung meminta bantuan untuk
membawa Linor ke rumah sakit.
Tidak
lama kemudian ada seorang ibu yang mengendarai mobil di dekat sana.
Ayyas meminta bantuan kepada ibu tersebut, dan mobil tersebut langsung
melaju ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama
kepada Linor yang tertembak. Ayyas sangat menyesal, mengapa ia tidak
langsung menjawab permintaan dari Linor tadi. Dengan penuh penyesalan,
Ayyas menangis terisak. Isakan yang kalau siapa saja melihat dan
mendengarnya pasti akan tersayat hatinya. Isakan seorang pencinta
sejati, yang mencintai kekasihnya karena Allah, lalu kehilangan
kekasihnya karena Allah pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar